Kekuatan dari sejarah. Itulah yang akan saya bahas hari ini.
Pertama-tama, bagaimana dengan pelajaran sejarah di Indonesia?
Saat belajar sejarah (saat ini ada dalam IPS) saat SD, yang sering sekali ditanyakan oleh guru adalah kapan bangunan A dibentuk. Kapan negara B merdeka, siapa peserta konferensi C, dimana si A berada saat terjadi peristiwa B, dan sebagainya.
Hal-hal ini, memaksa siswa (termasuk saya) untuk menghafal tanggal-tanggal dan orang-orang yang banyak sekali. Tentulah siswa yang paling pintar menghafal yang akan menang.
Tapi apa?
Kita jadi seperti robot. Yang kerjanya menghafal angka-angka. Senang ketika tahu si A ada dimana pada tanggal apa. Tapi justru tidak mampu berfikir! Tidak bisa mengambil pelajaran dan hal-hal hebat dari peristiwa itu.
Memangnya kenapa kalau saya tahu si A ada di tempat B pada tanggal sekian? Saya jadi orang pintar? Tidak! Kita hanya dituntut untuk menghafal angka-angka tapi justru melupakan asal persoalannya, bagaimanakah bentuk perjuangannya, apa yang menyebabkan clash diantara pihak-pihak, dan siapakah sebenarnya dalang-dalang dibalik itu semua.
Hal ini membuat kita tidak dituntut untuk berpikir dan kritis. Serta memahami persoalan-persoalan yang ada pada masa itu. Sebaliknya, kita dituntut untuk menghafal. Membuat kita tahu tanggal berapa peristiwa terjadi, tapi tak tahu segala seluk-beluknya. Membuat kita malas berpikir apa yang membuat sebuah peristiwa itu terjadi dan membandingkannya dengan sekarang.
Ya, kita jadi robot yang pintar menghafal. Bukan menjadi manusia yang punya jaringan otak dan pikiran-pikiran luar biasa hebat sampai memenuhi setiap ruang galaksi.
Mustahil untuk menumbuhkan intelektual-intelektual di negeri ini melalui proses pembelajaran yang seperti itu. Cuma satu-dua yang bisa lepas dari belenggu sistem.
Jadi, sistemnya-lah yang mesti diubah. Daripada memperbanyak buku-buku LKS ke sekolah, lebih baik pemerintah mengirimkan buku-buku berkualitas berisi sejarah besar dunia dan pemikiran-pemikiran tokoh besar dunia . Memberlakukan sistem diskusi akan pemikiran-pemikiran, persoalan-persoalan, penyebab-penyebab dsb. dari suatu sejarah ketimbang menanyakan tanggal-tanggal dan bulan-bulan.
Membuat kita mencoba memahami apa sih persoalan-persoalan pada suatu peristiwa. Dan bagaimana seorang intelektual disitu muncul dan memecahkan persoalan tersebut.
Ambil saja contoh dari sejarah kebesaran Majapahit. Disini kita tak perlu mengambil tanggal-tanggal dan bulan-bulan yang pasti. Cukuplah soal tanggal dan bulan ini kita tahu mengenai abad keberapa kebesaran Majapahit.
Setelah itu kita bisa tahu pemikiran-pemikiran akan kesatuan Nusantara, seberapa primitif-pun itu, sudah ada sejak dulu. Kita bisa tahu kalau bangsa kita itu bangsa yang besar. Yang menguasai Asia Tenggara. Memiliki raja yang berwibawa dan patih yang cerdas. Mengetahui bagaimana kebesaran itu dibangun berdasarkan fakta sejarah. Mencari pendapat-pendapat tokoh yang berkelana kesana, dsb.
Ini membuat tidak hanya bertambahnya pengetahuan akan sejarah masa lampau, tapi pelajaran-pelajaran hebat yang bisa dibangun.
Lalu, bagaimanakah kekuatan sejarah?
Sejarah membawa pemikiran-pemikiran baru. Mewakili era-era besar, penemuan-penemuan hebat, dan tokoh-tokoh luar biasa. Sejarah masa lalu-lah yang membentuk sejarah sekarang ini. Sejarah masa lalu-lah yang akan memberi kekuatan hebat jika seseorang mampu mencapainya.
Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan tokoh-tokoh revolusi. Mereka belajar dari sejarah. Mereka dipenuhi pemikiran yang matang karena belajar dari sejarah masa lampau Nusantara yang hebat. Disitulah mereka tahu kalau negeri ini dulu adalah negeri yang besar, bukan negeri jajahan!
Sejarah, seperti yang saya katakan diatas, juga membawa pemikiran-pemikiran. Semuanya membawa beragam pemikiran. Mempengaruhi pemikiran-pemikiran yang dipelajari untuk masa sekarang.
Dari masa Yunani seperti Plato, sampai pemikiran-pemikiran komunis dari Karl Marx. Mereka membawa pemikiran yang khas dari konflik pada era mereka. Yang kemudian menjadi sejarah tak terbantahkan melalui buku-buku dan catatan-catatan berisi pemikiran mereka untuk era selanjutnya.
Di Indonesia era Soekarno, misalnya, ada Soe Hok Gie yang memberi catatan-catatan dan pemikiran-pemikiran berharga akan masa itu. Yang membuat kita meninjau ulang pemikiran kita.
Era revolusi awal abad 20, kita melihat sejarah-sejarah Soekarno, Hatta, dan tokoh-tokoh lain dalam berjuang untuk partai politik. Akan panjang untuk menjelaskannya disini.
Contoh buku pemikiran era itu ada pada Tan Malaka. Dalam buku Madilog-nya ia mencoba merubah tata pemikiran rakyat Indonesia. Ia, bukan hanya tidak mau Indonesia dijajah bangsa lain, tapi tidak dijajah oleh pikirannya sendiri! Ia mencoba menghapus pikiran-pikiran mistis.
Buku-buku, perjuangan-perjuangan, catatan-catatan, dan segalanya dari suatu sejarah inilah yang akan mempengaruhi kita. Menginspirasi kita ke arah yang lebih baik. Dan membawa lagi pemikiran kita untuk generasi selanjutnya.
Bahkan, dari sumber yang saya lupa namanya, menurut penelitian anak yang membaca biografi-biografi (berarti sejarah juga) mencatat prestasi yang lebih baik dari anak yang tidak membaca biografi.
Itulah kekuatan sejarah.
Jadi, pelajarilah sejarah dari sisi lain. Saya sendiri masih sangat hijau soal ini. Tapi, daripada tidak menulis, lebih baik menulis kan?
Kita seharusnya tidak terpaku pada tanggal-tanggal. Akan tetapi mencari sesuatu yang begitu menarik dan pemikiran-pemikiran dari sejarah. Mengolahnya untuk memperoleh pemikiran yang baru.
Janganlah bosan untuk mempelajari sejarah. Bacalah buku-buku. Dan kita bersama-sama akan jadi orang yang berpengetahuan.
P.S : Kalau menurut anda artikel ini cukup bagus, tolong klik tombol like, tweet, dan +1 dibawah serta like Facebook FP kami disini.
q195m4vkpul740 custom sex doll,realistic sex dolls,dildos,wholesale sex toys,cheap sex toys,vibrators,Male Masturbators,sex chair,couples sexy toys b794w2gmlhr954
ReplyDelete